Menyusun Sustainability Report (SR) pada dasarnya memang tidak bisa sembarangan. Ada panduan-panduan standar penulisan yang perlu dipatuhi agar SR yang diterbitkan berbagai perusahaan berbicara dengan “bahasa” yang sama.
Salah satu panduan atau kerangka kerja SR yang paling populer adalah Global Reporting Initiative (GRI) Standards. Berdasarkan survei KPMG pada 2022, 78 persen perusahaan yang termasuk G250 menggunakan GRI Standards dalam penulisan Sustainability Report (SR) mereka. Seperti diketahui, G250 adalah istilah yang merujuk pada 250 perusahaan terbesar di dunia berdasarkan pendapatan.
Tapi seberapa besar sih urgensi perusahaan mematuhi panduan global tersebut? Pertanyaan ini muncul terutama bagi perusahaan yang tidak begitu besar. Jangan salah, untuk membuat SR berstandar internasional bisa menghabiskan dana ratusan juta rupiah. Bukan biaya yang sedikit mengingat laporan ini diterbitkan setiap tahun.
Kalaupun memang harus mengikuti standar, bukankah panduan Surat Edaran OJK (SEOJK) nomor 16 Tahun 2021 yang relatif lebih sederhana sudah cukup? Toh panduan yang dikeluarkan otoritas lokal tersebut lebih mengikat ketimbang panduan berskala internasional tadi.
Jadi buat apa? Sudahlah lebih rumit, lebih mahal pula.
Proyek Bersama Planet Bumi
Satu hal yang perlu dipahami adalah kemunculan inisiatif SR tak bisa dilepaskan dari kesadaran bersama masyarakat internasional yang berusaha keras mengatasi dampak pemanasan global sejak 1970-an.
Kata keberlanjutan itu sendiri mulai muncul pada pertengahan 1980-an, seiring dengan terbitnya Laporan Brundtland yang dikenal dengan sebagai “Our Common Future“. Laporan yang diterbitkan World Commission on Environment and Development (WCED) di PBB ini memperkenalkan konsep keberlanjutan sebagai pemenuhan kebutuhan saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang.
Penerapan konsep ini tidak mungkin hanya dilakukan sebagian pihak, sementara pihak lain tak menyadari merusak Bumi. Perlu derap langkah bersama berskala global untuk mencapai cita-cita tersebut.
Karena berawal dari prakarsa masyarakat internasional itulah sangat penting bagi semua pihak yang terlibat untuk melaporkan kontribusinya dalam “bahasa” yang standar. Dengan demikian, upaya bersama mengatasi masalah lingkungan dan sosial ini bisa lebih terukur dan terkoordinasi lebih mudah.
GRI sendiri sejak awal mengembangkan standar pelaporan dengan berbagai organisasi internasional, termasuk PBB. Tak heran jika PBB pun sering menggunakan GRI Standards dalam berbagai laporan operasi mereka. Karena komunitas internasional sudah menggunakan bahasa yang sama, tentu saja sebaiknya semua pihak juga mengikutinya.
Belakangan tuntutan menggunakan standar pelaporan yang sama juga datang dari para investor. Dengan standar pelaporan yang sama, memudahkan para investor membandingkan sehingga mampu memilih perusahaan yang tepat untuk berinvestasi. Penulis mencurigai, tuntutan dari investor inilah yang mendorong paling kuat bagi perusahaan untuk menerbitkan SR berkerangka kerja standar yang diakui masyarakat internasional.
Bukan Lagi Rintangan
Meluangkan waktu, sumber daya, dan pikiran untuk menerbitkan SR saja sudah merupakan kemewahan. Apalagi harus menyusun SR menggunakan panduan internasional, dengan penulis bersertifikat pula. Kalau bukan diwajibkan regulasi, menerbitkan SR memang terkesan berlebihan.
Di situasi seperti inilah teknologi menjadi jawaban, untuk memberikan solusi lebih mudah dengan biaya yang lebih efisien. Terutama di era kecerdasan buatan (AI) yang belakangan digandrungi, solusi teknologi seharusnya menjadi jawaban yang mudah diprediksi kedatangannya.
Salah satu yang mewujudkan solusi teknologi berbasis AI untuk menyusun SR adalah Reporthink.AI. Tak hanya sekadar membantu perusahaan menerbitkan SR, Reporthink.AI menanamkan panduan GRI Standards dan SEOJK No. 16 Tahun 2021 pada sistemnya. Sehingga laporan yang dihasilkan secara otomatis tersusun berdasarkan kedua kerangka kerja tersebut.
Yang perlu dilakukan pengguna hanyalah mengunggah berkas yang dibutuhkan. Berikutnya Reporthink.AI akan menyusunnya menjadi SR lengkap dengan narasi konteks yang disesuaikan.
Jika ini adalah pertama kali bagi manajemen menyusun SR, bisa jadi bahkan tak terpikir berkas apa saja yang perlu diunggah. Jangan khawatir. Sistem Reporthink.AI akan memandu, mendeteksi berkas yang diunggah, dan memberikan feedback mengenai informasi apa saja yang kurang sesuai GRI Standards dan SEOJK. Setelah semua data diunggah, pengguna bisa men-generate laporan dalam hitungan jam. Laporan pun tersaji dalam dua bahasa (Indonesia dan Inggris). Pengguna pun bisa menyajikan laporan dalam bahasa lain dengan menggunakan fitur add-ons Reporthink.AI.
Proses yang serba otomatis ini tak pelak memotong banyak tahapan dan sumber daya yang perlu dilibatkan. Akibatnya, biaya yang dibutuhkan pun bisa ditekan hingga terjangkau bagi perusahaan skala kecil sekalipun. Sehingga, mengikuti panduan standar internasional GRI dalam menyusun SR bukan lagi rintangan besar.
Manfaat Lain
Ketika perusahaan menunjukkan bahwa mereka mematuhi standar yang ketat, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan dari pemangku kepentingan, termasuk mitra bisnis dan konsumen. Kredibilitas yang tinggi ini sangat penting dalam dunia bisnis yang semakin kompetitif, di mana reputasi memainkan peran penting dalam kesuksesan perusahaan.
Lebih penting lagi, seperti diungkapkan sebelumnya, SR yang disusun berdasarkan GRI Standards dapat membantu perusahaan kecil menarik perhatian investor dan pemangku kepentingan lainnya. Investor cenderung lebih tertarik pada perusahaan yang menunjukkan komitmen mereka terhadap praktik berkelanjutan dan memiliki laporan yang kredibel dan dapat dipercaya. Hal ini dapat membuka peluang baru bagi perusahaan kecil dalam hal pendanaan dan kemitraan.
Memiliki SR yang baik dapat membantu perusahaan kecil membangun citra merek yang positif. Citra merek yang kuat dan positif dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dan menarik lebih banyak konsumen yang menghargai praktik bisnis yang bertanggung jawab. Dalam jangka panjang, hal ini dapat membantu perusahaan kecil tumbuh dan berkembang dalam pasar yang kompetitif.
Proses pelaporan keberlanjutan juga dapat membantu perusahaan kecil mengidentifikasi area di mana mereka dapat meningkatkan efisiensi operasional. Misalnya, dengan memonitor penggunaan energi dan limbah, perusahaan dapat menemukan cara untuk mengurangi biaya dan meningkatkan efisiensi. Ini tidak hanya bermanfaat dari segi lingkungan, tetapi juga dari segi finansial.
Lebih jauh lagi, dengan memantau dan melaporkan kinerja keberlanjutan secara teratur, perusahaan kecil dapat mengidentifikasi tren dan pola yang mungkin tidak terlihat sebelumnya. Ini dapat membantu dalam perencanaan dan pengambilan keputusan yang lebih baik, serta memastikan bahwa perusahaan tetap berada di jalur yang benar dalam mencapai tujuan keberlanjutan mereka. Efisiensi operasional yang lebih baik juga dapat meningkatkan daya saing perusahaan kecil di pasar.
Laporan keberlanjutan yang dipandu GRI Standards juga membantu perusahaan kecil dalam mengidentifikasi, mengelola, dan mengurangi risiko terkait lingkungan, sosial, dan tata kelola. Dengan memahami risiko ini lebih baik, perusahaan dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk menghindari dampak negatif yang mungkin terjadi di masa depan. Manajemen risiko yang efektif adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang.
Selain itu, dengan memiliki pemahaman yang lebih baik tentang risiko, perusahaan kecil dapat lebih proaktif dalam mengembangkan strategi untuk mengatasinya. Ini dapat mencakup penerapan praktik terbaik, peningkatan kebijakan internal, dan kolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk menemukan solusi yang efektif. Dengan demikian, GRI Standards membantu perusahaan kecil untuk menjadi lebih tangguh dan adaptif dalam menghadapi tantangan yang kompleks.
Di lain pihak, masyarakat umum juga semakin peduli dengan isu-isu keberlanjutan. Terutama di kalangan muda. Karena itu, perusahaan yang menunjukkan komitmen mereka terhadap praktik berkelanjutan cenderung lebih menarik talenta terbaik yang tersedia di pasaran.
Karyawan yang merasa perusahaan mereka peduli dengan lingkungan dan sosial cenderung lebih loyal dan termotivasi untuk bekerja dengan baik. Ini sangat penting bagi perusahaan kecil yang ingin membangun tim yang kuat dan berkompeten.