Corporate Sustainability Report adalah “spesies” baru dalam lingkup pelaporan perusahaan. Namun peran laporan yang khusus mencakup kinerja lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG) perusahaan ini semakin penting, dan kian penting lagi belakangan.
Komponen Sustainability Report sebagai medium komunikasi semakin menjadi bagian penting dalam upaya perusahaan berkomunikasi secara efektif dengan berbagai pemangku kepentingan. Di era transparansi dan tanggung jawab lingkungan menjadi prioritas, Corporate Sustainability Report memberikan platform yang komprehensif bagi perusahaan untuk menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan.
Tapi, sejak kapan manfaat Corporate Sustainability Report ini menjadi semakin penting?
Tuntutan Pasar (Muda)
Pada September 2019, produsen apparel olahraga terkenal Nike meluncurkan sebuah kampanye jangka panjang bernama Move to Zero. Kampanye ini adalah proyek ambisius Nike untuk mencapai zero carbon dan zero waste sebagai langkah strategis menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.
Inisiatif Move to Zero diluncurkan sebagai respons terhadap tantangan besar perubahan iklim dan polusi sampah, yang semakin mendapat perhatian global. Nike rupanya menyadari bahwa industri fesyen dan olahraga merupakan kontributor signifikan terhadap emisi karbon dan limbah dunia.
Tak heran, salah satu fokus utama Move to Zero adalah mengurangi jejak karbon Nike di seluruh rantai pasok. Mereka telah menetapkan target untuk menggunakan 100% energi terbarukan di semua fasilitas perusahaan global pada 2025. Bahkan di kawasan seperti Amerika Utara dan Eropa, Nike sudah mencapai target ini, menggunakan energi dari sumber-sumber terbarukan seperti angin dan Matahari untuk mengoperasikan pabrik dan kantor.
Nike tentu saja tidak sendirian. Brand pakaian dan perlengkapan outdoor Patagonia misalnya, dikenal karena komitmen kuatnya terhadap keberlanjutan dan konservasi lingkungan. Semboyan pemasaran mereka, “We’re in business to save our home planet,” mencerminkan fokus pada upaya untuk melindungi Bumi dari kerusakan lingkungan.
Patagonia menggunakan bahan daur ulang dalam produk-produknya, menawarkan layanan reparasi gratis untuk memperpanjang umur pakaian, dan secara aktif mendukung gerakan lingkungan melalui donasi serta kampanye. Mereka juga mendonasikan 1% dari penjualan untuk inisiatif lingkungan, sesuatu yang sangat diapresiasi oleh konsumen yang sadar lingkungan.
Brand sepatu TOMS juga menggebrak sejak pertama kali muncul dengan model bisnis One for One, di mana setiap kali seseorang membeli sepasang sepatu, mereka menyumbangkan sepasang sepatu kepada anak-anak yang membutuhkan. TOMS kemudian memperluas brand purpose-nya dengan fokus pada berbagai masalah sosial, termasuk akses air bersih, kesehatan penglihatan, dan dukungan untuk kesehatan mental.
Boleh saja dikatakan bahwa brand-brand terkenal ini terketuk hatinya karena berbagai masalah lingkungan dan sosial yang belakangan semakin nyata menjadi tantangan penduduk Bumi. Tapi tak bisa dipungkiri pula, tren peduli planet ini muncul setelah massifnya kepedulian generasi muda terhadap masalah lingkungan yang ditandai munculnya aktivis-aktivis belia seperti Greta Thunberg, Vanessa Nakate, dan Boyan Slat. Kemunculan mereka rupanya cukup “menakutkan” sehingga brand-brand ternama merasa perlu “menari” mengikuti irama zaman tersebut.
Akibatnya, memasarkan produk tak lagi cukup dengan menjual kualitas barang atau layanan. Tidak pula sekadar mengandalkan endorsement dari public figure yang sedang naik daun. Apalagi sekadar perang harga. Alih-alih membangun brand purpose seperti dilakukan Nike, Patagonia, TOMS menjadi jauh lebih penting untuk menjawab tuntutan pasar tentang kontribusi korporat dalam berbagai masalah lingkungan, sosial, dan tata kelola yang baik (ESG).
Untuk menyampaikan niat baik ini, perusahaan juga tak bisa lagi mengandalkan kampanye pemasaran yang lazim kental dengan hal-hal berbau kosmetik. Perusahaan membutuhkan Corporate Sustainability Report untuk mengomunikasikan komitmen mereka terhadap keberlanjutan dan tanggung jawab sosial secara lebih transparan.
Corporate sustainability report memberikan gambaran lengkap mengenai bagaimana sebuah perusahaan menjalankan operasinya secara bertanggung jawab terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Tantangan dan Jawaban
Di Indonesia, penerbitan Corporate Sustainability Report diatur dalam POJK 51 Tahun 2017 yang diwajibkan pada lembaga jasa keuangan, emiten, dan perusahaan publik. Beberapa perusahaan sudah menerbitkan Corporate Sustainability Report bahkan sebelum peraturannya terbit.
Tapi tentu saja, mereka yang berinisiatif melampaui aturan tersebut masih sangat sedikit. Bahkan perusahaan yang sudah diwajibkan pun belum semua menerbitkan Corporate Sustainability Report. Situasi ini bisa jadi yang membuat suasana pembuatan corporate sustainability report lebih pada pemenuhan kewajiban aturan.
Ide memanfaatkan Corporate Sustainability Report sebagai medium komunikasi pemasaran bisa jadi sudah banyak yang memakluminya. Tapi pada penerapannya, belum banyak Corporate Sustainability Report yang pantas disebut sebagai medium komunikasi pemasaran.
Salah satu tantangan terbesar dalam cara membuat Corporate Sustainability Report adalah pengumpulan data. Terlebih dalam beberapa bidang, seperti pengukuran emisi misalnya. Perusahaan juga sering kali menghadapi kesulitan dalam mengukur dampak sosial dari operasinya, terutama jika perusahaan beroperasi di berbagai lokasi dengan standar regulasi yang berbeda-beda.
Tantangan lainnya adalah dalam memastikan bahwa laporan yang disusun mudah dipahami oleh para pemangku kepentingan. Sebuah Corporate Sustainability Report yang baik harus mampu menyajikan informasi secara komprehensif namun tetap mudah dipahami audiens yang beragam. Baik itu investor, konsumen, maupun pemerintah. Penyusunan laporan yang terlalu teknis atau terlalu panjang dapat membuat pembaca kehilangan minat dan tidak memahami pesan yang ingin disampaikan oleh perusahaan.
Dengan kondisi demikian, menempatkan Corporate Sustainability Report sebagai medium komunikasi pemasaran seolah terasa jauh. Masalahnya adalah, Corporate Sustainability Report bagaimanapun adalah proses akhir dari sebuah kebijakan besar perusahaan dalam isu keberlanjutan. Selama niat perusahaan menerbitkan sekadar menggugurkan kewajiban, kemungkinan besar manfaat Corporate Sustainability Report tak akan mampu menjalankan fungsi pemasaran.
Pada akhirnya, Corporate Sustainability Report yang baik harus berawal dari niat baik perusahaan yang kemudian diterjemahkan pada kebijakan strategis perusahaan. Bukan sekadar ikut-ikutan tren atau hanya memenuhi perundang-undangan yang kadung menghampiri.